Selasa, 08 September 2015

Cinderella dan Sepatu Barunya

Di suatu desa di tepi hutan yang rimbun hiduplah seorang gadis bernama Cinderella. Cinderella adalah gadis yang baik hati serta periang.

Suatu hari Cinderella sedang mencari kayu bakar di tengah hutan. Ketika Ia sedang berjalan dan bernyanyi- nyanyi kecil tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari depan.

“Oh maafkan aku,” kata orang itu. “Apa kau baik2 saja?,” tanyanya.

“Iya, tidak apa-apa aku baik-baik saja” kata Cinderella. 

Ternyata, lelaki yang menabraknya itu adalah seorang pangeran yang sedang berburu di tengah hutan. Pangeran itu sangat tampan, tubuhnya tegap dan memiliki senyum yang ramah. 

“Apa yang sedang kau lakukan di tengah hutan begini?,” tanya sang pangeran.

“Saya sedang mencari bunga hutan untuk dijual di pasar,” jawab Cinderella.

“Kalau begitu, aku akan membeli bungamu semuanya untuk hiasan pesta di istana ku besok. Kau juga boleh datang. Aku mengundang seluruh warga”. 

“Wah, benarkah? Baiklah pangeran, dengan senang hati saya akan datang,” jawab Cinderella dengan begitu senangnya sampai-sampai jantungnya berdebar kencang.

***

Keesokan harinya sang pangeran mengutus pengawalnya untuk memberikan Cinderella hadiah berupa sepasang sepatu kaca yang indah, sebagai ungkapan permintaan maaf karena telah menabraknya.

Cinderella sangat senang sekali menerima hadiah itu. Rasanya Cinderella sudah tidak sabar untuk menghadiri pesta di istana dan bertemu dengan sang pangeran. Cinderella memakai gaunnya yang paling indah. Dan tentu saja memakai sepatu kaca pemberian dari sang pangeran. 

Cinderella belum pernah memasuki istana. Alangkah terkesimanya ia melihat istana yang begitu megah. Tamannya sangat luas, lantainya bersinar, dan lampu-lampu yang terbuat dari kristal. Aah seakan tak percaya ia bisa berada di istana, berjalan bagaikan seorang putri raja. Sungguh sebuah pengalaman yang tak pernah terbesit dalam hatinya.

Walaupun Cinderella sangat bahagia ketika itu, namun ia tidak merasa nyaman. Kakinya sakit ketika melangkah dan ia pun harus berjalan perlahan lahan agar sepatu kacanya tidak pecah dan melukai kakinya. 

“Sulit sekali memakai sepatu kaca ini,” gumamnya.

***

Akhirnya saat yang ditunggu pun tiba. Sang pangeran dengan barisan pengawalnya memasuki aula pesta. Ia terlihat begitu tampan dan gagah dengan mengenakan mahkota dan baju kebesaran para bangsawan. 

Dan pesta pun dimulai. Mereka berdansa saling berpasangan. Sedangkan Cinderella berdiri canggung sendirian. Namun tak disangka, sang pangeran datang menghampirinya.

“Selamat datang,” sapa sang pangeran dengan sangat ramah. “Apakah kau suka hadiah dariku?” tanya sang pangeran. 

“Tentu saja pangeran, Aku sangat suka sekali. Sepatu kaca ini sangat indah,” jawab Cinderella sambil berusaha menenangkan degub jantungnya yang berdetak tak karuan.

“Maukah kau berdansa denganku?,” tanya sang pangeran sambil membungkukkan badannya.

Namun belum sempat Cinderella menjawabnya, terompet istana menggema, tanda seorang bangsawan yang sangat terhormat sedang memasuki istana. Tak lama kemudian masuklah seorang putri yang sangat cantik dari negeri seberang. Gaunnya sangat indah berkilauan dan ia berjalan dengan begitu anggunnya. 

Sang pangeran dan seluruh tamu di istana terkesima akan kecantikan dan keanggunannya. Seperti sedang terhipnotis, pangeran seketika berlalu meninggalkan Cinderella  sendiri di sudut istana untuk menemui putri raja yang sangat cantik dan anggun itu. 

“Ah, bodohnya aku,” gumamnya. “Tentu saja pangeran akan lebih memilih putri yang cantik dan anggun itu daripada rakyat biasa seperti aku”. Cinderella terdiam hatinya bersedih. Dengan rasa penuh kecewa, Cinderella berlari meninggalkan istana. Ia lupa kalau sedang memakai sepatu kaca. 

Ia berlari dan terus berlari tanpa sadar bahwa ia telah tersesat. Di tengah hutan yang gelap tiba-tiba sepatu kaca itu retak dan pecah hingga melukai kakinya. Cinderella menjerit kesakitan. Ia menangis sendirian di tengah hutan, terluka dan ketakutan.

“Apakah kamu baik-baik saja?,” tiba-tiba ada suara seseorang yang bertanya.

Alangkah terkejutnya Cinderella karena dihadapannya ada seorang pemuda yang sedang memperhatikannya. Pemuda dengan penampilan sederhana itu berdiri memegang tali kekang kuda putihnya. 

“Tidak. Kakiku terluka dan aku tersesat di hutan ini”. Jawab Cinderella sambil terisak.

“Ini untukmu, pakailah.” Pemuda itu memberikan sepatunya kepada Cinderella. 

Pada mulanya Cinderella ragu untuk menerimanya. Bagaimana mungkin ia memakai sepatu laki-laki yang jelas ukurannya pasti lebih besar. Tapi ia tidak punya pilihan lain, karena kakinya sedang terluka dan rasanya sakit sekali.

“Terima kasih”. Cinderella kemudian melepas sepatu kacanya dan menggantinya dengan sepatu pemberian si pemuda.

Walaupun bukan sepatu kaca yang indah dan ukurannya kebesaran, namun ternyata sepatu ini sangat nyaman di pakai. Cinderella sangat senang, kini ia tak takut kakinya terluka lagi. 
 
“Sudah, jangan menangis lagi. Ayo ku antarkan kau pulang,” ajak pemuda itu dengan sopan. 

Lalu pemuda itu tersenyum dan menjulurkan tangannya untuk membantu Cinderella bangkit dan kembali melangkah dengan sepatu barunya yang nyaman.


Kamis, 04 Juni 2015

Gula-gula untuk Nina


Maka tidurlah,

Tidur dengan nyanyian yang lama kau rindukan

Tenggelamkan tangismu di bawah bantal

Ada mimpi yang kau pinjam menanti untuk diputar



Maka tidurlah,

Tidur dengan senyuman

Simpan lukamu dibalik pekatnya malam

Ada bintang yang harus kau pecahkan

Agar serpihannya membuat hatimu terang



Maka tidurlah

Tidurlah Nina

Esok ketika engkau terjaga,

Ada gula-gula yang menggantung disudut jendela
Gula-gula yang kau tanak dari derai air mata


*Noapte bunna :)

Selasa, 09 September 2014

Catatan orang asing


Ada bincang yang asing, seperti malam ini
Bincang yang mengapung hambar kemudian menguap begitu saja di pengap udara
Aku menghilangkan diri ditengah waktu yang tergesa
"Hey, bukankah pada mulanya kita melangkah bersama?"
Kemudian kau berjalan cepat-cepat pada garis tegas yang kau ukir sendiri
"Tunggu...!!" jeritku tercekat
Kau terus mengejar takdirmu yang datang terlebih dahulu
Sedangkan laju waktuku terus berputar dan kembali berputar pada titik awal
...aku tak pernah benar-benar melangkah maju...
Pada jarak kita yang semakin kesekian,
Aku menghela maaf panjang
Jalan kita telah meregang sedemikian melar
dan aku berhenti, terus saja memfanakan diri
Pada dirimu (atau mungkin aku) yang semakin asing,
tak perlu kunjungi kesedihanku
Aku akan baik-baik saja, memejamkan waktu bersama karib yang diam-diam aku simpan


*Malam ke sembilan di September 2014

Kamis, 03 Oktober 2013

Kata-katamu, belatimu

Ada pepatah yang mengatakan, "Mulutmu Harimaumu". Hhmm.. Tapi saya ingin mengistilahkan apa yang ada di benak saya hari ini dengan "Kata-katamu, belatimu. Yah, gak jauh bedalah.. Masih seputar apa yang keluar dari mulut..

Kata-kata itu merupakan buah dari kolaborasi antara pikiran dan apa yang tersirat di hati. Eh, pikiran dan hati beda apa sama ya? :D Kayaknya beda deh.. Pikiran lebih ke logika dan hati lebih ke perasaan... Nah, kata-kata merupakan hasil perpaduan dari logika dan perasaan..

Jadi sebetulnya jika kita berkata-kata, itu sudah merupakan hasil perpaduan antara apa yang ada di logika dan di perasaan kita. Nah, disinilah permasalahannya. Kadang kita lupa menggunakan saringan atau mungkin saringan yang kita punya sudah usang jadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Maksudnya gini, setiap apa yang kita pikirkan dan kita rasakan seharusnya sebelum kita keluarkan menjadi bentuk kata-kata seharusnya kita pertimbangkan terlebih dahulu. Nah pertimbangan itulah sebagai saringannya. Apalagi jika menyangkut orang lain.

Tidak semua yang kita pikirkan dan rasakan itu baik dikeluarkan... Kita harus pandai-pandai menyaringnya apakah ada manfaatnya jika kata-kata ini dikeluarkan? Apakah kata-kata ini tidak membuat seseorang terlukai atau tersinggung? Apakah kata-kata ini penting diucapkan atau malah cuma "nyampah saja".. Atau malah bisa timbul kesalahpahaman...

Nah, yang ingin saya bahas kali ini adalah kata-kata yang menurut saya tidak bertanggungjawab (ini pendapat subjektif saya aja ya). Kata-kata yang tidak bertanggung jawab ini maksudnya adalah jika seseorang berkata-kata tanpa peduli bagaimana reaksi dari lawan bicaranya.. Apakah akan melukai atau membuatnya sedih, tersinggung, dll.. Terlepas dari segi kesensitifan seseorang ya dalam menilainya. Karena kadang kan respon tiap orang berbeda-beda terhadap sebuah pernyataan yang ditujukan kepadanya. Yang sedang dibicarakan disini hanya berdasarkan subjektifitas (apa sih :D) saya saja.

Salah satu yang menjadi sorotan saya kali ini lebih spesifik ke kata-kata antara lawan jenis (tau kan maksudnya?). Karena ini sudah memasuki ranah yang lebih sensitif. Dua orang yang berbeda (katanya) pola pikirnya jika berkomunikasi dengan kata-kata yang tidak ada penyaringnya menurut saya akan sangat rentan timbul kesalahpahaman.

Untuk lebih mudahnya saya ambil contoh kasus saja ya. Misalnya dua orang (laki-laki dan wanita) sedang berbicara dan pembicaraannya akhirnya masuk ke "Zona Berbahaya". Kemudian tiba-tiba si lelaki mengucapkan perkataan yang ambigu, contoh:

Mr. J: Ayo kita sempurnakan perjalanan..
Ms. I: Heee?? maksudnya?
Mr. J: eh.. engga...bercanda :D
Ms. I: ???

Ini adalah salah satu contoh kata-kata ambigu yang tidak bertanggung jawab... Sudah mengatakan dengan tersirat, kemudian ternyata dia bercanda pula.. Sudah membuat seseorang bingung dan bahkan Ms. I bisa jadi akan salah paham kemudian ternyata dia bilang kalau kata-katanya hanya bercanda. (_ _")

Contoh lain:

Mr. X: Ayo kita menikah... *eh, bercanda :D
Ms. Y: ????

Nah, ini contoh kata-kata yang sudah jelas maknanya namun bisa menimbulkan kesan yang kurang menyenangkan pada lawan bicaranya. Seorang laki-laki berkata "Ayo kita menikah" pada seorang wanita yang belum meikah, kemudian ia lanjutkan.."Eh, becanda". Menurut saya, kata-kata "Ayo kita menikah" itu bukanlah kata-kata yang pantas untuk dijadikan bahan bercandaan. Apalagi jika diucapkan pada wanita yang belum menikah. Bagaimana perasaan anda (para wanita) jika ada seseorang laki-laki yang berkata seperti itu kepada anda? Kalau saya sih... Yaah, agak sakit hati juga lah.. :D

Intinya, seharusnya laki-laki itu bisa menyaring dulu sebelum ia keluarkan kata-kata itu.. Pikirkan bagaimana respon lawan bicara anda yang notabene (ini sebenarnya artinya apa sih? :D) adalah seorang wanita. Jika memang anda tidak benar-benar serius dengan apa yang anda ucapkan, ya tidak perlu lah hal tersebut disampaikan. 

Atau mungkin para laki-laki akan berfikir seperti ini, "Akhwatnya aja yang terlalu sensitif". Hhmm... menurut saya lebih baik jika menghindari kata-kata yang akan menimbulkan kontroversi. Daripada timbul hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau misalnya wanitanya minta si lelaki mempertanggungjawabkan perkataannya, apakah si lelaki berani bertanggung jawab?? Pasti tidak kaan??? (kebanyakan kasus sih begitu, berani omong doang -___-). 

Sebenarnya masih banyak contoh lainnya, bukan hanya dari percakapan lawan jenis saja. Sesama jenis pun kadang sering timbul kesalahpahaman akibat kata-kata yang mungkin belum disaring. Tapi saya coba ambil contoh yang termudah. Atau mungkin teman-teman punya contoh lainnya? Monggo di share... :D

Mungkin kita bisa mulai melatih diri kita sendiri untuk berkata-kata yang baik.. Qaulan sadiida.. Bukankah Rasulullah juga mengajarkan kita untuk berkata-kata yang baik? Coba kita mulai timbang-timbang dulu sebelum berkata-kata, apakah perkataan ini berguna atau malah akan menyakiti seseorang.. Sesuatu yang baik itu pasti keluar dari yang baik.. Jadi perkataan kita bisa menjadi cerminan diri kita sendiri.. Mudah saja jika ingin meilai seseorang, ya..lihat saja bagaimana ia berkata-kata..

So, saya menulis ini bukan karena perkataan saya sudah baik juga.. tapi saya berusaha belajar..dan sedang belajar untuk selalu bisa qaulan sadiida... Mari kita berusaha memperbaiki diri dari waktu ke waktu.. Saling memperbaiki kesalahan, bukan mencari-cari kesalahan.. Semoga kita bisa istiqomah dalam kebaikan :)

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya" (HR. Bukhari Muslim).


Hari ke empat di Oktober 2013




Minggu, 30 Juni 2013

Ayo kita perbaiki..!! :)

Hhmmm..aku sedang berfikir, mungkin kita bisa memperbaikinya. Bagaimana jika kita kembali dari awal. Kembali ke tempat semua ini bermula. Apa kau bersedia?

Ayo kita mulai...

A: Hey, apakah kau ingin hujan itu? Aku punya. Akan ku berikan jika kau mau :)

Lantas, seharusnya kau berkata;

J: Oh, terima kasih... Akan ku buat hujanku sendiri :)

A: Oke, semoga berhasil :)

Lalu kita pergi saling membelakangi tanpa ada sedikit pun sakit hati.

Sekian

Selasa, 07 Mei 2013

Gak ada judulnya

Otak rasanya penuh. Berisik penuh protes sana sini. Kenapa begini? Kenapa begitu? Banyak pertanyaan, tetapi tak ada jawaban. Ya sudah, bagai benang kusut saja yang entah ada dimana ujungnya.

Mau marah, tapi sama siapa? Mau teriak, ah hanya tambah membuat bising saja negeri yang sudah bising ini. Lagipula memangnya ada yang mau mendengarkan? Bukankah telinga-telinga sudah banyak yang tersumbat oleh kedengkian.

Tapi dipendam pun malah bikin sakit kepala. Ya sudah, ku muntahkan saja lewat kata-kata. Jangan dipungut jika kalian tidak suka. Lewati saja, anggap tak pernah membaca.

Mari kita mulai carut marut ini dari huruf A . Kita tuduh saja dia yang bersalah. Sok tau segalanya, sok berkuasa, sombong, hhhmm, apalagi ya.. Yah, segala yang aku tidak suka pokoknya lah. Tapi aku tak bisa membencinya. Aah, mana bisa aku membencinya. Ia bagian dari diriku juga, tak bisa dipisahkan.

Eeits, kalian jangan merasa aku sedang membicarakan kalian, atau seseorang ya. Aku tidak sedang membicarakan seseorang, tapi banyak orang, senegara bahkan sedunia.

Aku sedang membicarakan manusia-manusia. Banyak manusia yang katanya mengaku lebih mulia dan lebih hebat karena memiliki A, ya itu dia si A alias Akal.

Allah menciptakan akal agar kita bisa berfikir, memahami, membedakan mana yang baik dan yang benar. Mencerna segala peristiwa dan diserap secara sehat. Tapi apa yang terjadi sekarang? Akal yang seharusnya digunakan untuk kebaikan, malah bersekongkol dengan nafsu untuk merusak nilai-nilai kemanusiaan.

Kedzoliman menang, meraung-raung bagai biduanita yang melenakan si pendengarnya sehingga tuli mata hati. Kebenaran bersembunyi entah dimana, sampai peluit wasit bersiul nyaring pada penghujung waktu yang tersisa.

Semua orang tampil sebagai pahlawan. Seakan ingin menyelamatkan dunia dari kejahatan. Tapi siapa penjahat, siapa korban? Apa kalian bisa membedakannya? Bagaimana cara membedakannya jika mereka semua memakai topeng yang sama yaitu kekuasaan.

Masyarakat bertepuk tangan, "horree..!! Penjahat sudah ditangkap..!!". Dan tanpa disadari tepukan-tepukan itu telah memicu bom waktu yang akan menghancurkan diri mereka sendiri. Kasian..

Aah, aku pun tak ingin menyalahkan masyarakat yang sedang bertepuk tangan itu. Mereka hanya sedang rabun, jadi sulit atau bahkan mungkin enggan membedakan mana penjahat dan mana pahlawan.

Hey kamu yang merasa sok hebat...!!! Ketahuilah bahwa dusta tak selamanya bisa kau sembunyikan dari DIA yang lebih berkuasa dari siapapun juga. Bertemanlah dengan mata hatimu. Akrabi ia dengan dengan sebenar-benar tulus dan lurus dari berbagai kepentingan dunia.

Hey tuan-tuan berdasi yang merasa sok pintar..!! Ingatlah bahwa lidahmu sedang menggiring manusia-manusia itu ke dalam jurang pemikiran mereka yang dangkal. Tidakkah nuranimu perih, teriris oleh arogansimu akan kekuasaan dan jabatan.

Kelak kau akan tau, bahwa kebenaran tak selamanya bungkam. Bahwa akan ada pengadilan yang sebenar-benar Maha adilnya. Bahwa topeng-topengmu itu akan dilucuti dihadapan seluruh penduduk langit dan bumi. Dan kita akan lihat, mana yang menang dan mana yang kalah bahkan merugi :-)

*Hari ke 7 di Mei 2013, ditengah carut marutnya pikiranku

Senin, 29 April 2013

Dear Allah...



Dear Allah,
How old will i be,
When the angel in black will come for me?

What will he say,
When i ask
for one more day
Just another day...
Just another day...

Another moment i'll ask,
And none left to live,
I'll beg and plead,
For another moment to give..

Just another day...

(Another Day - Dawud Wharnsby Ali)

*Penghujung April 2013,  
Kita tak akan pernah tau berapa lama lagi waktu yang tersisa... Bagaimana DIA memanggilku? Dan bagaimana mereka mengingatku?