Selasa, 07 Mei 2013

Gak ada judulnya

Otak rasanya penuh. Berisik penuh protes sana sini. Kenapa begini? Kenapa begitu? Banyak pertanyaan, tetapi tak ada jawaban. Ya sudah, bagai benang kusut saja yang entah ada dimana ujungnya.

Mau marah, tapi sama siapa? Mau teriak, ah hanya tambah membuat bising saja negeri yang sudah bising ini. Lagipula memangnya ada yang mau mendengarkan? Bukankah telinga-telinga sudah banyak yang tersumbat oleh kedengkian.

Tapi dipendam pun malah bikin sakit kepala. Ya sudah, ku muntahkan saja lewat kata-kata. Jangan dipungut jika kalian tidak suka. Lewati saja, anggap tak pernah membaca.

Mari kita mulai carut marut ini dari huruf A . Kita tuduh saja dia yang bersalah. Sok tau segalanya, sok berkuasa, sombong, hhhmm, apalagi ya.. Yah, segala yang aku tidak suka pokoknya lah. Tapi aku tak bisa membencinya. Aah, mana bisa aku membencinya. Ia bagian dari diriku juga, tak bisa dipisahkan.

Eeits, kalian jangan merasa aku sedang membicarakan kalian, atau seseorang ya. Aku tidak sedang membicarakan seseorang, tapi banyak orang, senegara bahkan sedunia.

Aku sedang membicarakan manusia-manusia. Banyak manusia yang katanya mengaku lebih mulia dan lebih hebat karena memiliki A, ya itu dia si A alias Akal.

Allah menciptakan akal agar kita bisa berfikir, memahami, membedakan mana yang baik dan yang benar. Mencerna segala peristiwa dan diserap secara sehat. Tapi apa yang terjadi sekarang? Akal yang seharusnya digunakan untuk kebaikan, malah bersekongkol dengan nafsu untuk merusak nilai-nilai kemanusiaan.

Kedzoliman menang, meraung-raung bagai biduanita yang melenakan si pendengarnya sehingga tuli mata hati. Kebenaran bersembunyi entah dimana, sampai peluit wasit bersiul nyaring pada penghujung waktu yang tersisa.

Semua orang tampil sebagai pahlawan. Seakan ingin menyelamatkan dunia dari kejahatan. Tapi siapa penjahat, siapa korban? Apa kalian bisa membedakannya? Bagaimana cara membedakannya jika mereka semua memakai topeng yang sama yaitu kekuasaan.

Masyarakat bertepuk tangan, "horree..!! Penjahat sudah ditangkap..!!". Dan tanpa disadari tepukan-tepukan itu telah memicu bom waktu yang akan menghancurkan diri mereka sendiri. Kasian..

Aah, aku pun tak ingin menyalahkan masyarakat yang sedang bertepuk tangan itu. Mereka hanya sedang rabun, jadi sulit atau bahkan mungkin enggan membedakan mana penjahat dan mana pahlawan.

Hey kamu yang merasa sok hebat...!!! Ketahuilah bahwa dusta tak selamanya bisa kau sembunyikan dari DIA yang lebih berkuasa dari siapapun juga. Bertemanlah dengan mata hatimu. Akrabi ia dengan dengan sebenar-benar tulus dan lurus dari berbagai kepentingan dunia.

Hey tuan-tuan berdasi yang merasa sok pintar..!! Ingatlah bahwa lidahmu sedang menggiring manusia-manusia itu ke dalam jurang pemikiran mereka yang dangkal. Tidakkah nuranimu perih, teriris oleh arogansimu akan kekuasaan dan jabatan.

Kelak kau akan tau, bahwa kebenaran tak selamanya bungkam. Bahwa akan ada pengadilan yang sebenar-benar Maha adilnya. Bahwa topeng-topengmu itu akan dilucuti dihadapan seluruh penduduk langit dan bumi. Dan kita akan lihat, mana yang menang dan mana yang kalah bahkan merugi :-)

*Hari ke 7 di Mei 2013, ditengah carut marutnya pikiranku