Kamis, 03 Oktober 2013

Kata-katamu, belatimu

Ada pepatah yang mengatakan, "Mulutmu Harimaumu". Hhmm.. Tapi saya ingin mengistilahkan apa yang ada di benak saya hari ini dengan "Kata-katamu, belatimu. Yah, gak jauh bedalah.. Masih seputar apa yang keluar dari mulut..

Kata-kata itu merupakan buah dari kolaborasi antara pikiran dan apa yang tersirat di hati. Eh, pikiran dan hati beda apa sama ya? :D Kayaknya beda deh.. Pikiran lebih ke logika dan hati lebih ke perasaan... Nah, kata-kata merupakan hasil perpaduan dari logika dan perasaan..

Jadi sebetulnya jika kita berkata-kata, itu sudah merupakan hasil perpaduan antara apa yang ada di logika dan di perasaan kita. Nah, disinilah permasalahannya. Kadang kita lupa menggunakan saringan atau mungkin saringan yang kita punya sudah usang jadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Maksudnya gini, setiap apa yang kita pikirkan dan kita rasakan seharusnya sebelum kita keluarkan menjadi bentuk kata-kata seharusnya kita pertimbangkan terlebih dahulu. Nah pertimbangan itulah sebagai saringannya. Apalagi jika menyangkut orang lain.

Tidak semua yang kita pikirkan dan rasakan itu baik dikeluarkan... Kita harus pandai-pandai menyaringnya apakah ada manfaatnya jika kata-kata ini dikeluarkan? Apakah kata-kata ini tidak membuat seseorang terlukai atau tersinggung? Apakah kata-kata ini penting diucapkan atau malah cuma "nyampah saja".. Atau malah bisa timbul kesalahpahaman...

Nah, yang ingin saya bahas kali ini adalah kata-kata yang menurut saya tidak bertanggungjawab (ini pendapat subjektif saya aja ya). Kata-kata yang tidak bertanggung jawab ini maksudnya adalah jika seseorang berkata-kata tanpa peduli bagaimana reaksi dari lawan bicaranya.. Apakah akan melukai atau membuatnya sedih, tersinggung, dll.. Terlepas dari segi kesensitifan seseorang ya dalam menilainya. Karena kadang kan respon tiap orang berbeda-beda terhadap sebuah pernyataan yang ditujukan kepadanya. Yang sedang dibicarakan disini hanya berdasarkan subjektifitas (apa sih :D) saya saja.

Salah satu yang menjadi sorotan saya kali ini lebih spesifik ke kata-kata antara lawan jenis (tau kan maksudnya?). Karena ini sudah memasuki ranah yang lebih sensitif. Dua orang yang berbeda (katanya) pola pikirnya jika berkomunikasi dengan kata-kata yang tidak ada penyaringnya menurut saya akan sangat rentan timbul kesalahpahaman.

Untuk lebih mudahnya saya ambil contoh kasus saja ya. Misalnya dua orang (laki-laki dan wanita) sedang berbicara dan pembicaraannya akhirnya masuk ke "Zona Berbahaya". Kemudian tiba-tiba si lelaki mengucapkan perkataan yang ambigu, contoh:

Mr. J: Ayo kita sempurnakan perjalanan..
Ms. I: Heee?? maksudnya?
Mr. J: eh.. engga...bercanda :D
Ms. I: ???

Ini adalah salah satu contoh kata-kata ambigu yang tidak bertanggung jawab... Sudah mengatakan dengan tersirat, kemudian ternyata dia bercanda pula.. Sudah membuat seseorang bingung dan bahkan Ms. I bisa jadi akan salah paham kemudian ternyata dia bilang kalau kata-katanya hanya bercanda. (_ _")

Contoh lain:

Mr. X: Ayo kita menikah... *eh, bercanda :D
Ms. Y: ????

Nah, ini contoh kata-kata yang sudah jelas maknanya namun bisa menimbulkan kesan yang kurang menyenangkan pada lawan bicaranya. Seorang laki-laki berkata "Ayo kita menikah" pada seorang wanita yang belum meikah, kemudian ia lanjutkan.."Eh, becanda". Menurut saya, kata-kata "Ayo kita menikah" itu bukanlah kata-kata yang pantas untuk dijadikan bahan bercandaan. Apalagi jika diucapkan pada wanita yang belum menikah. Bagaimana perasaan anda (para wanita) jika ada seseorang laki-laki yang berkata seperti itu kepada anda? Kalau saya sih... Yaah, agak sakit hati juga lah.. :D

Intinya, seharusnya laki-laki itu bisa menyaring dulu sebelum ia keluarkan kata-kata itu.. Pikirkan bagaimana respon lawan bicara anda yang notabene (ini sebenarnya artinya apa sih? :D) adalah seorang wanita. Jika memang anda tidak benar-benar serius dengan apa yang anda ucapkan, ya tidak perlu lah hal tersebut disampaikan. 

Atau mungkin para laki-laki akan berfikir seperti ini, "Akhwatnya aja yang terlalu sensitif". Hhmm... menurut saya lebih baik jika menghindari kata-kata yang akan menimbulkan kontroversi. Daripada timbul hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau misalnya wanitanya minta si lelaki mempertanggungjawabkan perkataannya, apakah si lelaki berani bertanggung jawab?? Pasti tidak kaan??? (kebanyakan kasus sih begitu, berani omong doang -___-). 

Sebenarnya masih banyak contoh lainnya, bukan hanya dari percakapan lawan jenis saja. Sesama jenis pun kadang sering timbul kesalahpahaman akibat kata-kata yang mungkin belum disaring. Tapi saya coba ambil contoh yang termudah. Atau mungkin teman-teman punya contoh lainnya? Monggo di share... :D

Mungkin kita bisa mulai melatih diri kita sendiri untuk berkata-kata yang baik.. Qaulan sadiida.. Bukankah Rasulullah juga mengajarkan kita untuk berkata-kata yang baik? Coba kita mulai timbang-timbang dulu sebelum berkata-kata, apakah perkataan ini berguna atau malah akan menyakiti seseorang.. Sesuatu yang baik itu pasti keluar dari yang baik.. Jadi perkataan kita bisa menjadi cerminan diri kita sendiri.. Mudah saja jika ingin meilai seseorang, ya..lihat saja bagaimana ia berkata-kata..

So, saya menulis ini bukan karena perkataan saya sudah baik juga.. tapi saya berusaha belajar..dan sedang belajar untuk selalu bisa qaulan sadiida... Mari kita berusaha memperbaiki diri dari waktu ke waktu.. Saling memperbaiki kesalahan, bukan mencari-cari kesalahan.. Semoga kita bisa istiqomah dalam kebaikan :)

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya" (HR. Bukhari Muslim).


Hari ke empat di Oktober 2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar