Suatu hari Cinderella sedang mencari kayu bakar di tengah hutan. Ketika Ia sedang berjalan dan bernyanyi- nyanyi kecil tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari depan.
“Oh maafkan aku,” kata orang itu. “Apa kau baik2 saja?,” tanyanya.
“Iya, tidak apa-apa aku baik-baik saja” kata Cinderella.
Ternyata, lelaki yang menabraknya itu adalah
seorang pangeran yang sedang berburu di tengah hutan. Pangeran itu sangat
tampan, tubuhnya tegap dan memiliki senyum yang ramah.
“Apa yang sedang kau lakukan di tengah hutan
begini?,” tanya
sang pangeran.
“Saya sedang mencari bunga hutan untuk dijual
di pasar,”
jawab Cinderella.
“Kalau begitu, aku akan membeli bungamu
semuanya untuk hiasan pesta di istana ku besok. Kau juga boleh datang. Aku
mengundang seluruh warga”.
“Wah, benarkah? Baiklah pangeran, dengan
senang hati saya akan datang,” jawab Cinderella dengan begitu senangnya sampai-sampai jantungnya
berdebar kencang.
***
Keesokan harinya sang pangeran mengutus
pengawalnya untuk memberikan Cinderella hadiah berupa sepasang sepatu kaca yang
indah, sebagai ungkapan permintaan maaf karena telah menabraknya.
Cinderella sangat senang sekali menerima
hadiah itu. Rasanya Cinderella sudah tidak sabar untuk menghadiri pesta di
istana dan bertemu dengan sang pangeran. Cinderella memakai gaunnya yang paling
indah. Dan tentu saja memakai sepatu kaca pemberian dari sang pangeran.
Cinderella belum pernah memasuki istana.
Alangkah terkesimanya ia melihat istana yang begitu megah. Tamannya sangat
luas, lantainya bersinar, dan lampu-lampu yang terbuat dari kristal. Aah seakan
tak percaya ia bisa berada di istana, berjalan bagaikan seorang putri raja. Sungguh
sebuah pengalaman yang tak pernah terbesit dalam hatinya.
Walaupun Cinderella sangat bahagia ketika itu,
namun ia tidak merasa nyaman. Kakinya sakit ketika melangkah dan ia pun harus berjalan
perlahan lahan agar sepatu kacanya tidak pecah dan melukai kakinya.
“Sulit sekali memakai sepatu kaca ini,” gumamnya.
***
Akhirnya saat yang ditunggu pun tiba. Sang
pangeran dengan barisan pengawalnya memasuki aula pesta. Ia terlihat begitu
tampan dan gagah dengan mengenakan mahkota dan baju kebesaran para bangsawan.
Dan pesta pun dimulai. Mereka berdansa saling
berpasangan. Sedangkan Cinderella berdiri canggung sendirian. Namun tak
disangka, sang pangeran datang menghampirinya.
“Selamat datang,” sapa sang pangeran dengan sangat ramah. “Apakah kau suka hadiah dariku?” tanya sang pangeran.
“Tentu saja pangeran, Aku sangat suka sekali.
Sepatu kaca ini sangat indah,” jawab Cinderella sambil berusaha menenangkan degub jantungnya yang
berdetak tak karuan.
“Maukah kau berdansa denganku?,” tanya sang pangeran
sambil membungkukkan badannya.
Namun belum sempat Cinderella menjawabnya, terompet
istana menggema, tanda seorang bangsawan yang sangat terhormat sedang memasuki
istana. Tak lama kemudian masuklah seorang putri yang sangat cantik dari negeri
seberang. Gaunnya sangat indah berkilauan dan ia berjalan dengan begitu anggunnya.
Sang pangeran dan seluruh tamu di istana terkesima akan kecantikan dan keanggunannya. Seperti sedang terhipnotis, pangeran seketika berlalu meninggalkan Cinderella sendiri di sudut istana untuk menemui putri raja yang sangat cantik dan anggun itu.
“Ah, bodohnya aku,” gumamnya. “Tentu saja
pangeran akan lebih memilih putri yang cantik dan anggun itu daripada rakyat
biasa seperti aku”. Cinderella terdiam hatinya bersedih. Dengan rasa penuh kecewa, Cinderella berlari
meninggalkan istana. Ia lupa kalau sedang memakai sepatu kaca.
Ia berlari dan terus berlari tanpa sadar bahwa ia telah tersesat. Di tengah hutan yang gelap tiba-tiba sepatu kaca itu retak dan pecah hingga melukai kakinya. Cinderella menjerit kesakitan. Ia menangis sendirian di tengah hutan, terluka dan ketakutan.
“Apakah kamu baik-baik saja?,” tiba-tiba ada suara
seseorang yang bertanya.
Alangkah terkejutnya Cinderella karena
dihadapannya ada seorang pemuda yang sedang memperhatikannya. Pemuda dengan
penampilan sederhana itu berdiri memegang tali kekang kuda putihnya.
“Tidak. Kakiku terluka dan aku tersesat di
hutan ini”. Jawab Cinderella sambil terisak.
“Ini untukmu, pakailah.” Pemuda itu memberikan
sepatunya kepada Cinderella.
Pada mulanya Cinderella ragu untuk
menerimanya. Bagaimana mungkin ia memakai sepatu laki-laki yang jelas ukurannya pasti lebih besar.
Tapi ia tidak punya pilihan lain, karena kakinya sedang terluka dan rasanya
sakit sekali.
“Terima kasih”. Cinderella kemudian melepas
sepatu kacanya dan menggantinya dengan sepatu pemberian si pemuda.
Walaupun bukan sepatu kaca yang indah dan
ukurannya kebesaran, namun ternyata sepatu ini sangat nyaman di pakai. Cinderella
sangat senang, kini ia tak takut kakinya terluka lagi.
“Sudah, jangan menangis lagi. Ayo ku antarkan kau pulang,” ajak pemuda itu dengan sopan.
Lalu pemuda itu tersenyum dan menjulurkan tangannya untuk membantu Cinderella bangkit dan kembali melangkah dengan sepatu barunya yang nyaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar